Sejarah Desa


 

  1. SEJARAH DESA

 

  1. Asal-Usul Pembentukan Desa

Berdasarkan cerita orang dan keterangan sejarah  yang  dikeluarkan berbagai sumber bahwa sekitar tahun 1749-1792 ada seorang tokoh yang berasal dari kerajaan mataram yang bernama Ontokusuma. Beliau adalah seorang pejabat yaitu sebagai tumenggung. Beliau yang merupakan sang kemudi kabupaten Ledok ( di daerah desa Plobangan pada saat ini). Dalam memangku jabatan tumenggung beliau bergelar Jogonegoro, sehingga beliau lebih dikenal dengan sebutan Tumenggung Jogonegoro.  Ketika beliau wafat yang seyogyanya hendak dimakamkan di daerah Munggang Lanang ( Sekarang dusun Wonokasihan/ berada disebelah barat Desa Pakuncen) ternyata karena beberapa sebab sehingga akhirnya beliau dimakamkan di Bumi Keputihan. Ternyata di makam bumi Keputihan sebelum beliau wafat telah ada makam seseorang yang dihormati dan sering diziarahi orang. Tokoh yang dimakamkan bernama Guntur Geni ( tentang asal usul Guntur geni dan siapa beliau sebenarnya hingga saat ini tidak ada informasi yang pasti yang dapat digali). Setelah Tumenggung Jogonegoro dimakamkan di bumi keputihan ternyata orang yang berziarah semakin tahun semakin tambah, guna melesatarikan makam tersebut tokoh-tokoh daerah setempat mengangkat seoarang juru kunci untuk menjaga dan mengurusi makam tersebut. Karena sebab adanya juru kunci tersebut sehingga Bumi Keputihan banyak disebut sebut oleh orang dengan sebutan Kuncen. Sebutan kuncen entah mulai kapan lalu berubah menjadi Pakuncen. Singkat cerita nama Pakuncen dulunya adalah Bumi Keputihan lalu menjadi Kuncen lalu menjadi Pakuncen sehingga sekarang ( adapun kebenaran sejarah ini yang sesungguhnya dan yang pasti Wallaahu A’lam),

 

  1. Pemimpin Desa

Berdasarkan sumber data yaitu keterangan dari tokoh masyarakat/sesepuh didapati informasi tentang mereka yang pernah menjabat jadi pemimpin di desa pakuncen mulai periode tahun 1927, sedangkan periode sebelum tahun tersebut tidak dapat digali informasi tentang siapa yang pernah menjabat sebagai pemimpin di desa Pakuncen, ini dikarenakan minimnya data dukung atau informasi dari berbagai sumber yang berpotensi mengetahuinya adapun untuk periode tahun 1927 s/d sekarang yaitu;

  1. WANGSA MENGGOLO/EYANG NOMER      : Periode ..........s/d 1926.

Tidak banyak catatan sejarah yang dapat digali yang menceritakan dan menyebutkan peran dari sosok Wangsa Menggolo namun dulu dikenal dengan istilah sebutan Eyang Nomer. Dan mulai menjabat menjadi kepala desa Pakuncen mulai tahun berapa tidak ada sumber yang dapat digali hanya berakhir jadi kepala desa lalu digantikan oleh Mertadiwangsa.

  1. MERTADIWANGSA       : Periode 1927 - 1937

Tidak banyak catatan sejarah yang dapat digali yang menceritakan dan menyebutkan peran dari sosok Mentadiwangsa dalam sejarah pemimpin desa.

 

  1. MANGKUPAWIRO         : Periode 1938 -1940.

Tidak banyak catatan sejarah yang dapat digali yang menceritakan dan menyebutkan peran dari sosok Mangkupawiro dalam sejarah pemimpin desa.

  1. KASTO PAWIRO             : Periode 1940 -1946.

Sosok ini dikenal sangat tegas dan disiplin dalam memimpin desa, tetapi dibalik ketegasannya beliau juga bersifat dermawan dan suka menolong dan juga familier, sejarah mencatat ada beberapa pengakuan warga yang menceritakan bahwa walaupun beliau mempunyai putra yang banyak yaitu sebanyak 8 orang terdiri dari 4 laki-laki dan 4 perempuan, tetapi beliau sangat menyayangi anak-anak walaupun bukan

 

putra-putrinya sendiri. Sifat ketegasan beliau terutama dalam mendidik terhadap putra-putranya, namun sifat kedermawan dan familiernya diterapkan terhadap warga yang kurang mampu, terbukti bahwa setiap ada kegiatan yang berkaitan dengan desa tempatnya dikediaman beliau yang memang luas dan yang dahulu di namakan dengan pendopo karena desa belum mempunyai balai desa sendiri. Disamping itu banyak warga yang bekerja/ mengabdi kepada beliau serta bermukim dikediaman beliau bahkan sampai menikah masih beliau yang menikahkannya, beliau memperlakukan mereka bukan sebagai orang lain, tetapi dianggapnya sebagai anak kandungnya sendiri. Prestasi beliau adalah beliau banyak menanamkan dan memupuk jiwa patriotisme terhadap negara dan bangsa kepada warganya, disamping itu beliau sangat berperan dalam perkembangan agama islam di desa Pakuncen yang mana pada masa sebelum kepemimpinan beliau agama islam kurang berkembang di desa Pakuncen, tetapi sejak kepemimpinan beliau bersama sama dengan ayahnya beliau yang bernama Manawi yang kala waktu itu termasuk sebagai tokoh agama islam di desa Pakuncen, salah satu cara beliau dalam mengembangkan agama islam yaitu melalui pernikahan yang pada waktu itu datanglah seorang ulama yang berasal dari Parakancanggah Banjarnegara yang bernama Abdusysyakur yang mengembara di desa Pakuncen yang kemudian oleh Manawi dikawinkan dengan putrinya yang bernama Kartopawiro (Kakak kandung dari Kastopawiro) yang kemudian merintis pendidikan non formal hingga berdirinya pondok pesantren di desa Pakuncen.

 

  1. DHARMO WISASTRO    : Periode 1947-1965.

Beliau menjabat tahun 1947 s/d tahun 1965, dalam sejarah pemimpin desa Pakuncen beliau sangat berjasa tentang pendidikan formal di desa Pakuncen yaitu merintis pendidikan mulai tahun 1952 yang mana pada tahun tersebut para siswa belajar/ bersekolah dirumah-rumah warga secara berganti-ganti tempat. Hingga sekitar tahun 1960 desa baru mempunyai tempat belajar yaitu dengan cara membelirumah

 

milik seorang warga dari kecamatan kaliwiro yang berprofesi sebagai mantri polisi ( kalau sekarang disebut satpol PP) tetapi mempunyai rumah didusun krotok. Rumah tersebut dibeli oleh desa kemudian digunakan sebagai tempat belajar/ sekolahan. Selang 4 tahun kemudian yaitu tahun 1964 mulailah dibangun SD di pakuncen yang kemudian sekolah pindah dan menetap di SD Pakuncen s/d sekarang, adapun sekolahan yang dulu digunakan untuk belajar mengajar sekarang dialih fungsikan menjadi balai dusun Krotok.

 

  1. KASPAN                           : Periode 1965-1967.

Kaspan adalah sosok militer beliau seorang Tentara yang berasal dari desa jlamprang kelurahan wonobongkah, dan bertugas di Kodim 0707 Wonosobo, setelah kepala desa pakuncen sebelumnya berhenti, pemerintah kabupaten wonosobo melalui kodim 0707 wonososobo menugaskan Kaspan, beliau berpangkat sersan, yang mendapat tugas menjadi PJ Kepala desa di Pakuncen, yang orang orang terdahulu menyebutnya sebagai lurah kartiker, dalam memimpin beliau sangat tegas terhadap warga, siapa yang salah akan ditindak, hal tersebut sangatlah dimaklumi mengingat bahwa tahun–tahun tersebut dinegara indonesia baru saja terjadi kejadian peristiwa yang menggemparkan dunia yaitu berupa Gerakan PKI yang mana gerakan tersebut menyebar bahkan sampai ke pelosok desa sekalipun. Terutama dalam mendidik Hansip/ Linmassangatlah disiplin, memang tepat pemerintah menugaskan sosok orang tersebut di desa Pakuncen ini merupakan salah satu strategi pemerintah dalam usaha menciptakan ketentraman dan perdamaian di desa serta untuk mengantisipasi supaya tidak terjadi lagi gerakan-gerakan serupa di bumi negara Indonesia tercinta ini. Bersumber dari informasi warga yang pernah menjabat sebagai hansip dikala kepemimpinan beliau, bahwa hansip pada masa kepemimpinan beliau diadakan piket tiap hari seperti layaknya tentara, sifat ketegasan beliau ternyata banyak mambawa manfaat bagi desa Pakuncen diantaranya desa Pakuncen menjadi desa yang aman dan terbebas dari hasutan maupun isyu-isyu politik gerakan PKI yang sedang memanas pada waktu itu. yang selanjutnya hansip/ linmas desa pakuncen menjadi terlatih dan mapan, disamping itu beliau juga yang merintis dibangunnya gedung balai desa Pakuncen. Tetapi bagi warga khalayak umum sifat ketegasan beliau menjadi bumerang dan masalah tersendiri bagi pribadi beliau yaitu terjadi pro dan kontra pendapat dikalangan masyarakat, sebagian besar masyarakat mendukung dan menyetujui sikap tegas beliau dalam memimpin tetapi ada sebagian kecil masyarakat yang belum sadar dan belum siap menerima sikap ketegasan kepemimpinan beliau sehingga berakibat kurang harmonisnya hubungan sebagian masyarakat dengan pemerintah desa, beliau hanya menjabat selama + 2 tahun sebagai PJ Kepala Desa Pakuncen.

 

  1. SLAMET WIDODO         : Periode 1967-1973.

Pada era kepemimpinan PJ Kaspan di desa Pakuncen, suhu politik di desa agak sedikit memanas dikarenakan kebijakan yang diterapkan di desa menimbulkan pro dan kontra dari sebagian warga, khabar keadaan yang demikian akhirnya sampai ke pemerintah, untuk mengantisipasi serta

 

menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan di desa Pakuncen, lalu pemerintah mengambil kebijakan berupa menggantikan PJ Kaspan digantikan dengan yang orang lain, tersebutlah seorang prajurit TNI yang bernama Slamet Widodo yang berpangkat Peltu, beliau adalah sosok yang berasal dari Paponan Parakan Temanggung yang berprofesi sebagai TNI yang bertugas di Kodim 0707 Wonosobo. Beliau dilahirkan di Temanggung 1 November 1927. Pada era kepemimpinan Slamet Widodo sangat berbalik arah dibanding ketika pada masa kepemimpinan Kaspan walaupun sama sama dari TNI, Slamet Widodo sebagai PJ Kepala desa Pakuncen memimpin dengan ramah dan meninggalkan kesan kalau beliau adalah seorang TNI, hal tersebut sangat diterima oleh masyarakat, prestasi yang menonjol pada kepemimpinan beliau adalah desa pakuncen mendapat bantuan pengaspalan jalan yang pertama kalinya.

 

  1. SLAMET WIDODO         : Periode 1974-1980.

Berbekal keberhasilan Slamet Widodo dalam memimpin selama menjabat sebagai PJ Kepala Desa Pakuncen telah berhasil menarik simpati warga desa Pakuncen, oleh karena prestasi tersebut setelah masa menjabat sebagai PJ Kepala desa berakhir beliau lalu mencalonkan diri menjadi kepala

 

Desa Pakuncen. Calon yang mencalonkan diri pada kala itu ada 4 orang yaitu Slamet Widodo, Malno Sujarwo, Prawiro Sudarmo dan Sastrodiharjo. Dari keempat calon tersebut 1 orang tidak lulus seleksi setelah dites dikecamatan yaitu Malno Sujarwo. Maka berkompetisilah tiga orang yang lulus tes untuk ditawarkan/ diadakan pemilihan langsung di desa yaitu Slamet Widodo, Prawiro Sudarmo dan Sastrodiharjo. Dua orang calon tersebut adalah putra dari mantan kepala desa pakuncen sebelumnya yaitu Prawiro sudarmo adalah putra ke- 2 dari Dharmowisastro (Mantan Kepala Desa Pakuncen periode 1947-1965) dan Sastrodiharjo adalah putra ke-5 dari Kastopawiro (Mantan Kepala Desa Pakuncen periode 1940-1946). Walaupun dalam pemilihan langsung Slamet Widodo yang bukan merupakan warga pribumi asli desa Pakuncen yang ditarungkan dengan 2 orang putra mantan kepala desa Pakuncen yang merupakan warga asli pribumi desa Pakuncen, tetapi Slamet Widodo berhasil memenangkan dalam pemilihan Kepala Desa. Walaupun selisih suara tidak terpaut tidak terlalu jauh dengan yang nomor yaitu Sastrodiharjo, sedangkan yang nomor tiga diperoleh oleh Prawiro Sudarmo. Salah satu penyebab kemenangan Slamet Widodo dalam pemilihan kepala desa adalah pertamabeliau banyak membantu warga ketika warga desa Pakuncen berkeinginan untuk masuk menjadi anggota TNI, beliau membimbing dan pro aktif ketika ada informasi dan pendaftaran penerimaan anggota TNI baru untuk kemudian ditindak lanjuti kepada warga yang berminat. Kedua kebijakanyang diterapkan oleh Slamet Widodo ketika masih menjabat sebagai PJ yaitu ketika diadakan perayaan desa dan gotong royong segala sesuatu/ akomodasi/ konsumsi dan biaya kegiatan ditanggung oleh Kepala desa atau perangkat desa, sedangkan warga hanya dibebani tenaga, hal tersebut berhasil menarik simpati warga, tetapi kebijakan yang baik tersebut ada efek sampinya yaitu warga jadi terbiasa dimanja oleh pemimpin mengenai kegiatan di desa sehingga berakibat kurangnya swadaya maupun partisipasi yang berupa material dari warga, yang berimbas bisa mengikis jiwa kegotong royongan warga, prestasi yang menonjol pada kepemimpinan beliau pada periode ini adalah dengan dipasangnya jaringan listrik dan PDAM ke desa Pakuncen/ air dan listrik masuk desa.

 

  1. HERU SUPARNO            : Periode 1981-1986.

Sosok Heru Suparno adalah warga pribumi asli desa Pakuncen yang satu-satunya dan yang pertama bagi warga desa Pakuncen yang berprofesi sebagai Polri dan sebagai Polri beliau juga mempunyai kelebihan khusus yaitu sebagai dalang, bahkan sebelum menjadi kepala desa Pakuncen beliau pernah tampil mendalang wayang kulit di desa Pakuncen, beliau lahir di Wonosobo/ Pakuncen 20 Oktober 1945. Beliau adalah merupakan putra dari warga desa

 

Pakuncen yang ibunya berprofesi sebagai dukun bayi sedangkan ayahnya seorang petani, tetapi merupakan petani yang mampu pada masa itu sehingga orang tersebut termasuk sebagai sosok tokoh masyarakat di desa Pakuncen. Heru Suparno ketika masih remaja agak kurang bersosialisasi kehidupan sehari-hari diwilayah lingkungannya, terlebih ketika menjelang muda dan sudah menjadi anggota Polri karena beliau hidup di perantauan dan menetap dirumah dinas Polri. Setelah kepala desa masa sebelumnya selesai masa jabatannya Heru Suparno ketika itu masih aktif dinas di kepolisian pulang ke rumah dan mencalonkan diri menjadi Kepala Desa Pakuncen ketika pemilihan. Pada masa ini terjadi pemilihan dua putaran karena terjadi kemenangan blanko kosong ; Periode pertama Calon pada waktu itu ada 2 orang yaitu Heru Suparno dan Malno Sujarwo, tetapi lagi-lagi Malno Sujarwo tidak lulus tes sehingga yang maju dalam pemilihan hanya jago tunggal yaitu Heru Suparno melawan blanko kosong. Disebabkan Oleh karena asumsi masyarakat banyak yang menilai negatif tentang polisi, sehingga pada pemilihan putaran pertama Heru Suparno kalah melawan blanko kosong. Pada putaran kedua kembali Heru Suparno mencalonkan diri maju dalam pemilihan kepala desa melawan blanko kosong, karena tidak ada calon lain yang mendaftar selain Heru Suparno dalam pemilihan kepala desa putaran kedua. Akhirnya dalam pemilihan kepala desa putaran kedua dimenangkan Heru Suparno walaupun melawan blanko kosong lagi. Setelah dilantik menjadi kepala desa Pakuncen beliau mengajukan pensiun dari jabatan sebagai polri dengan pangkat Sersan Kepala. Dalam kepemimpinan Heru Suparno beliau memimpin hampir sama dengan ketika kepemimpinan PJ Kades Kaspan yaitu dengan cara tegas, terlebih lagi terhadap perangkat desa, beliau sangat tegas pada kesehariannya beliau menerapkan tidak ada sistem piket, tetapi harus masuk kantor tiap hari, bahkan bagi perangkat desa yang membelot disodori surat pengajuan pengunduran diri dari perangkat desa agar untuk ditanda tangani. Tidak ada catatan yang menyolok ketika masa kepemimpinan Heru Suparno tetapi ada tinggalan berupa kebijakan yang sangat dirasakan oleh masyarakat yaitu keamanan desa yang dirasa dan pencetus pembangunan tamanisasi jalan desa.

 

  1. DJAMALUDIN                 : Periode 1987-2005.

Menjelang masa jabatan kepala desa Heru Suparno berakhir, sebagian masyarakat menjumpai seorang putra daerah yang berprofesi sebagai TNI dan bertugas di Kodim 0707 Wonosobo yang bernama Djamaludin beliau adalah merupakan putra dari perangkat desa yang masih aktif yaitu Muhammad Chaeron, beliau menjabat sebagai Kepala Dusun Pakuncen yang pada massa itu disebut dengan istilah Bau. Melihat orang tuanya yaitu pak bau yang mempunyai

 

jejak rekor yang baik selama menjabat menjadi bau dan memandang karakter dari Djamaludin itu sendiri yang notabene sebelum menjadi TNI Djamaludin adalah merupakan sosok seorang santri yang patuh dan taat kepada gurunya, warga berharap banyak untuk dipimpin olehnya. Harapan masyarakat banyak ternyata terkabul, terbukti akhirnya Djamaludin yang kelahiran Wonosobo/ Pakuncen31 Desember 1953 berhasil terpilih sebagai kepala Desa Pakuncen dalam Pemilihan Kepala desa setelah habis masa jabatan Heru Suparno. Dalam pertarungan pemilihan Kepala desa Djamaludin berhasil mengungguli rifal-rifalnya secara mutlak dalam perolehan suara yaitu Giyat yang merupakan putra dari bapak Dharmowisastro (Mantan Kepala Desa Pakuncen periode 1947-1965), Malno Sujarwo yang pada masa pemilihan sebelumnya mengikuti mendaftar namun tidak lulus tes selama 2 kali dan Pitoyo yang merupakan keponakan dari Heru Suparno (Mantan Kepala Desa Pakuncen periode 1981-1986). Dikrenakan masih aktif dalam profesinya sebagai TNI yang kala itu berpangkat Sersan Kepala, maka setelah dilantik menjadi Kepala Desa secara otomatis beliau harus menanggalkan tanda kebesaranya sebagai TNI dan harus pensiun dini dari jabatannya sebagai TNI. Di masa kepemimpinan Djamaludin hampir sama dengan masa kepemimpinan Slamet Widodo yaitu masyarakat dimanjakan oleh pejabatnya, kegiatan kegiatan yang melibatkan masyarakat apabila memang mampu dilaksanakan oleh perangkat desa, maka cukup dilaksanakan oleh perangkat desa, sehingga masyarakat seolah di nina bobokkan. Sedikit prestasi beliau adalah amat perhatian terhadap Linmas, beliau juga yang mencetuskan/ menggerakkan bahwa Perangkat desa secara bergilir harus hadir dalam pertemuan slapanan RT sehingga slapanan RT menjadi aktif kembali dan lebih giat kegiatannya, beliau juga yang membenahi sistem administrasi desa bahkan di tahun 2004 untuk pertama kalinya desa menganggarkan untuk pembelian komputer guna menunjang administrasi desa. Selain membenahi administrasi desa, beliau juga membenahi administrasi/ peraturan ziarah ke makam Tumenggung Jogonegoro sehingga tertib dan membentuk/ mengangkat juru kunci yang legal dan syah, serta pada tahun 2005 melalui dana Perimbangan Desa telah berhasil membangun kantor juru kunci makam serta tempat wudhu bagi para peziarah. Dalam bidang pendidikan pada kepemimpinan belaiau telah berhasil dibangun/ direhab gedung TK Pertiwi Pakuncen melalui dana PNPM dan swadaya dari Masyarakat. Secara garis besar bahwa walaupun Djamaludin adalah seorang militer tetapi dalam memimpin beliau tidak menampakkan sisi kemiliterannya tetapi lebih banyak berkonsentrasi tentang administrasi pemerintahan, sosial, budaya dan agama. Beliau juga sangat sabar dan terbuka bila menghadapi rakyat, terbukti bahwa beliau walaupun dihujat oleh warganya tidak pernah marah maupun dendam, dan prestasi yang menonjol dan tidak terasa oleh warga namun sangat penting dalam kehidupan suatu desa adalah pembenahan administrasi pemerintahan desa yang lebih tertib dan tertata daripada pemerintahan kepala desa sebelumnya. Dan selama beliau menjabat termasuk dalam tiga besar prestasi lunas awal PBB ditingkat kecamatan selama 6 tahun berturut-turut.

 

  1. MALNO                             : Periode 2006-2012.

Malno lahir di Wonosobo, 1 September 1956, beliau sudah tiga kali mendaftar mencalonkan diri menjadi kepala desa Pakuncen namun tidak pernah lulus dalam tes, beliau juga merupakan satu satunya kepala desa yang mempunyai istri 2 orang dan sah serta resmi semua/ bukan nikah siri. Sudah tiga kali mencalonkan diri tidak membuat gentar maupun patah semangat beliau untuk kembali dalam mencalonkan diri menjadi kepala desa Pakuncen, pada pemilihan kali ini

 

 tidak ada calon lain yang mendaftarkan diri. Berpengalaman dari pemilihan kepala desa sebelumnya yaitu ketika pemilihan kepala desa Heru  Suparno melawan blanko kosong yang dimenangkan blanko kosong, maka Malno pada kesempatan kali ini mengambil sikap yaitu mengangkat anak kandungnya sendiri yang sulung bernama Slamet Sukamto untuk mendaftarkan diri mencalonkan menjadi kepala desa Pakuncen. Sehingga kontestan pemilihan kepala desa diikuti oleh satu keluarga yaitu Malno melawan anak kandungya sendiri Slamet Sukamto dan dimenangkan oleh Malno dengan perolehan suara yang mutlak. Berlatar belakang dari seorang yang berprofesi sebagai pelaksana dalam sebuah CV maka kepemimpinan Malno syarat dengan banyaknya bantuan fisik yang diperoleh desa dari pemerintah melalui pengajuan proposal dana APBD maupun aspirasi DPR. Kiprah beliau mulai terlihat setelah setahun beliau memimpin yaitu tahun 2007 melalui Alokasi dana desa (ADD) beliau berani merintis pemasangan pipa saluran air bersih untuk warga dusun Pakuncen seperti yang sudah lama direncanakan ketika jaman kepemimpinan Djamaludin tetapi belum terealisasi karena pertimbangan jarak yang jauh sekitar 2 KM dari desa dan gambaran bayangan biaya yang terlalu besar sehingga dikwatirkan kegiatan tidak bisa terselesaikan. Dan pada tahun 2008 melalui dana ADD beliau juga merintis pemasangan air bersih untuk warga dusun Krotok. Dalam bidang pertanahan telah berhasil terbentuk peta desa melalui program MPBM (Manajemen Pertanahan Berbasis Masyarakat)  yang dianggarkan melalui dana ADD tahun 2008 yang jumlah nominal anggarannya cukup fantastis kala waktu itu. Dari segi kesehatan telah membangun PKD ( Poliklinik Kesehatan Desa ) melalui dana PNPM tahun 2009. Dan pada kepemimpinan beliau juga mulai memikirkan solusi pembuangan sampah yang semakin lama semakin dirasa mengganggu terutama dalam hal kusuburan tanah pertanian yaitu dengan mengkoordinir sampah dan menggunakan dana ADD tahun 2010 dibuatkan bak penampung sampah untuk kemudian diangkut ke TPA.  Dan selama beliau menjabat pada periode ini mendapat prestasi lunas awal PBB juara 1 tingkat kecamatan selama 6 tahun berturut-turut.

 

  • MALNO SUJARWO                    : Periode 2013-2018.

Malno Sujarwo lahir di Wonosobo, 1 September 1956, beliau adalah kepala desa pada masa sebelumnya yaitu Malno, perbedaan nama terjadi ketika beliau mendaftar pada pemilihan kepala desa terdahulu SK Kepala desa bagi dirinya yang muncul namanya adalah Malno ini sesuai dengan nama yang tertulis didalam Ijazah, tetapi nama yang tertulis dalam KTP, Akte dan KK adalah Malno Sujarwo. Jadi Malno dan Malno Sujarwo adalah orang yang sama.

 

Berbekal memimpin pada periode sebelumnya setelah habis masa jabatannya beliau mencalonkan diri kembali menjadi kepala desa Pakuncen, dan pada pemilihan kali ini ada tiga calon yaitu Malno Sujarwo (Mantan Kepala Desa Pakuncen periode 2006-2012), Giyat yang merupakan putra dari bapak Dharmowisastro (Mantan Kepala Desa Pakuncen periode 1947-1965) yang sudah pernah bersama Malno Sujarwo mencalonkan diri waktu itu kalah dengan Djamaludin dan Mutako adalah warga desa biasa yang bersahabat akrab dengan Malno Sujarwo. Hasil pemilihan suara Malno Sujarwo menang mutlak dibanding dengan perolehan suara dari rifal-rifalnya. Pada masa kepemimpinan Malno Sujarwo banyak berkonsentrasi terhadap pembangunan insfrastruktur seperti peningkatan air bersih, dan dalam bidang pendidikan telah berhasil terbangun gedung PAUD guna sarana pendidikan anak usia dini melalui dana PNPM tahun 2014. Namun masih ada PR untuk tiga tahun kedepan yaitu penyelesaian pembangunan jalan menuju sektor pertanian sepanjang saluran Tengah yang telah dibangun namun belum selesai karena keterbatasan dana, dan pembangunan gedung balai desa yang dibangun sekitar tahun 1966 dibongkar pada tahun 2014 untuk direhab tetapi belum terselesaikan dalam pembangunan kembali baru sekitar 20% pembangunan. Tetapi itu adalah merupakan tantangan tersendiri yang bukan tidak mungkin untuk bisa diselesaikan walaupun dana yang dibutuhkan tidaklah sedikit, tetapi masih ada terobosan seperti melalui pengajuan proposal ke APBD2, APBD1 maupun APBN. Dan terlebih lagi berkah lahirnya Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa yang mana undang-undang tersebut sangat menguntungkan desa dikarenakan sumber dana yang dikucurkan dari pemerintah terhadap desa semakin besar, seperti yang dulu dari PNPM, Dana Perimbangan Desa, ADD tetapi sekarang Dana Transfer ke Desa itu sangat bisa menjawab tantangan tersebut kedepan. Dan selama beliau menjabat pada periode ini mendapat prestasi lunas awal PBB juara 1 tingkat kecamatan selama 2 tahun berturut-turut dan 1 kali juara 2.

  • ALI

Menjabat Kepala Desa Per 15 Januari 2019 sampai Sekarang

BIOGRAFI TUMENGGUNG JOGONEGORO

RM ONTOKUSUMOSatunggaling prajurit sandi saking Negari ngyojokarto Hadiningrat ingkang kajibah gaman



Total Dibaca

Mari Bersama Membangun Desa. Dari Desa Untuk Indonesia

Contact Details

Telephone: 082322243303
Email:  pemdespakuncen18@gmail.com
Website: https://pakuncen-selomerto.wonosobokab.go.id

DESA PAKUNCEN RT 01/01, KECAMATAN SELOMERTO KABUPATEN WONOSOBO 56361